Di sebuah desa
kecil, tinggallah seorang ibu tua bersama satu anak perempuannya yang cantik
jelita, anak itu bernama Nirwana. Nirwana adalah seorang gadis cantik berjiwa
tangguh dan tidak mudah putus asa. Dia tinggal di sebuah gubuk kecil di dekat
laut bersama ibunya yang sudah bertambah tua. Ayahnya meninggal ketika dia
masih berumur 4 tahun. Ayahnya meninggal saat berperang melawan bajak laut yang
akan membawa lari harta benda dan keluarganya. Ayahnya pernah berkata pada
Nirwana ‘Sesungguhnya ayah lebih baik kehilangan harta benda daripada keluarga,
bila keduanya tidak termasuk dalam pilihan. Lebih baik ayah mati demi
mempertahankan keluarga, termasuk kamu nak’. Itu yang selalu Nirwana ingat saat
ayahnya mempertaruhkan dia dan ibunya. Dan saat ini, Nirwana harus bertahan
hidup tanpa ayah.
Di desanya,
Nirwana terkenal seorang gadis yang tangguh. Dia berusaha keras untuk
menghidupi kehidupan bersama ibunya. Dia tak pernah peduli apa cacian
orang-orang tentang dirinya. Dia selalu yakin kalau hidup ini bukan soal ‘kata
orang aja’. Sampai suatu saat, ibunya menyuruhnya untuk pergi ke kota mencari
kehidupan lebih baik. Tapi Nirwana tidak mau, dia tidak ingin meninggalkan
ibunya sendiri di sini. Dia tidak mau bila suatu saat nanti dia kembali, ibunya
telah tiada. Dia ingin bersama ibunya sampai kapanpun. Sampai Tuhan memisahkan
mereka, dengan maut. Ibunya hanya bisa diam seraya tersenyum haru lalu memeluk
Nirwana dengan tubuhnya yang mulai meringkih.
Suatu saat,
Nirwana sedang mencari ikan di laut bersama nelayan yang lain. Di tengah
perjalanan, awan mulai mendung. Angin bertambah kencang, padahal ikan yang dia
dapat belum seberapa bila harus dijual lagi. Dia tetap meneruskan
perjalanannya. Sampai pada akhirnya hujan turun deras. Ibu Nirwana mulai
khawatir. Sedari tadi anaknya belum pulang, awan sudah terlihat sangat gelap.
Ibu Nirwana lalu keluar ke dekat pintu. Dia menunggu anaknya datang seraya
berdoa. Hingga hujan reda, anaknya belum juga datang. Dia mulai khawatir yang
berlebih. Sampai akhirnya, Nirwana datang membawa banyak hasil memancingnya.
Ibunya bahagia anaknya selamat. Nirwana bahagia ibunya menunggu, lalu mereka
berpelukan.
Esoknya,
Nirwana pamit untuk mengajar anak-anak di sebrang desanya. Dia memeluk ibunya
dengan erat, seolah hari itu adalah hari terakhir bersama ibunya. Tapi dia
enggan berprasangka dulu. Langkah Nirwana saat itu terasa berat untuk pergi,
tapi dia harus pergi. Segera mungkin dia berlari, meninggalkan ibunya yang
mengantarkannya hingga pintu seraya tersenyum melambaikan tangannya.
Sampai di
tempat mengajarnya, hati Nirwana biasa saja. Dia tidak merasakan apapun yang
akan terjadi, hanya saja dia merasakan ada yang berbeda hari itu. Dia kembali
mengajar dengan perasaan tak menentu. Sampai terdengar kabar bahwa di desanya
telah terjadi badai besar yang memporak porandakan rumah-rumah. Dia teringat
ibunya. Tanpa pamit, lalu dia pergi berlari kembali ke desanya terutama ke
rumahnya. Di jalan, dia menangis tanpa harus tahu akan berbuat apa.
Setelah tiba
di desanya, dia melihat rumah hancur tanpa bekas. Hanya runtuhan yang terlihat.
Lalu dia menuju ke rumahnya dengan berlari. Dia melihat rumahnya hancur, dia
segera mencari ibunya. Dan alhasil dia menemukan ibunya sedang tertidur dengan
memegang baju kesayangan Nirwana. Ibunya tidur untuk selamanya. Nirwana
menangis, memeluk ibunya yang sudah tidak bernyawa. Dia tidak tahu harus
berbuat apa sekarang. Dia teringat pada perkataan ibunya tadi pagi ‘Nak, kalau
nanti kamu pulang tapi tidak ada makanan di meja berarti ibu sedang tidur. Ibu
mohon jangan bangunkan ibu yah’ . Nirwana hanya mengiyakan tersenyum lalu
pergi. Mungkin itu pertanda bahwa ibu memang tidur. Tidur untuk selamanya.
Nirwana tidak larut dalam kesedihan itu, segera dia memanggil orang-orang untuk
membantu menguburkan ibunya di dekat makam ayahnya. Nirwana ikhlas, dia hanya
berkata dalam hati ‘kenapa rasanya begitu cepat’..
5 tahun kemudian...
Nirwana
kembali ke desanya bersama suaminya, Neptunus. Setelah kejadian itu, Nirwana
merantau ke kota untuk mencari hidup yang lebih baik. Ibunya dulu pernah
berkata ‘kalau kamu bisa hidup lebih baik, kenapa kamu harus tetap larut dalam
kesedihan?’. Dia menetapi apa perkataan ibunya. Dia berjanji, jika dia sudah
punya anak nanti. Dia akan mengajak anak dan suaminya untuk melihat desanya
terutama makam kedua orang tuanya. Nirwana mengajarkan pada anaknya bahwa kita
harus tangguh. Dia menunjukan pada anaknya bahwa makam itu adalah makam
orang-orang tangguh, yaitu kedua orang tuanya.
Nirwana
tersenyum, sambil memandang lautan. Dia tahu bahwa saat ini Nirwana hanya rindu
pada kedua orang tuanya. Dan akan selalu rindu, tanpa harus menjadi gila.
Sekarang, Nirwana hidup bahagia
bersama suami dan anak lelakinya. Dan dia berjanji akan selalu berkunjung untuk
mengobati rindu pada kedua orang tuanya. Nirwana berkata dalam hati
‘terimakasih bu, terimakasih yah’ ...
Sekian.